Rabu, 13 Januari 2010

DENGUE HEMORAGIC FEVER (DHF) 2

DHF
(DENGUE HEMORAGIC FEVER)


A. DEFINISI

DHF merupakan penyakit demam akut yang disebabkan oleh empat serotype virus dengue dan ditandai dengan empat gejala klinis utama yaitu demam yang tinggi, manifestasi perdarahan, hepatomegali, dan tanda-tanda kegagalan sirkulasi dan sampai timbulnya renjatan sebagai akibat dari kebocoran plasma yang dapat menyebabkan kematian.
Penyakit dengue adalah infeksi akut yang disebabkan oleh arbovirus dan ditularkan melalui gigitan nyamuk.

B. ETIOLOGI

Virus dengue sejenis arbovirus melalui nyamuk aedes(albopictus dan aegypti). Sampai sekarang dikenal ada empat jenis virus dengue yang dapat menimbulkan penyakit baik demam dengue maupun demam berdarah. Virus dengue tergolong dalam famili atau suku. Dengue 1 dan 2 ditemukan di Irian ketika berlangsungnya perang dunia ke-II,sedangakan dengue 3 dan 4 ditemukan pada saat wabah difilipina tahun 1953-1954. virus dengue berbentuk batang,stabilpada suhu 700

C. PATOFISIOLOGI

Virus dengue akan masuk kedalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypti organ sasaran dari virus adalah hepar, noduslimfaticus, sum-sum tulang serta paru-paru. Fenomena patofisiologi utama yang menentukan berat penyakit dan membedakakan DHF dari dengue klasik ialah meningginya permeabilitas dinding pembuluh darah, menurunnya volume plasma, terjadi hipotensi, trombositopeni, dan diatesis hemoragic. Pada kasus berat, renjatan terjadi secara akut, nilai hematokrit meningkat bersamaan dengan menghilangnya plasma melalui endotel dinding pembuluh darah. Meningginya nilai hematokrit pada penderita dengan renjatan menimbulkan dugaan bahwa renjatan terjadi sebagai akibat kebocoran plasma ke daerah ekstra vaskuler melalui kapiler yang rusak dengan mengakibatkan menirunnya volume plasma dan meningginya hematokrit bukti yang mendukung dugaan ini adalah di temukannya cairan yang tertimbun dalam rongga serosa, yaitu dalam rongga peritoneum, pleura dan perikard yang pada otopsi ternyata melebihi cairan yang di berikan melalui infuse. Perdarahan pada DBD sangat kompleks dan mungin melibatkan satu atau lebih trombositopeni,kerusakan pembuluh darah kecil, gangguan fungsi trombosit dan disseminated intravascular disease (DIC). Kerusakan trombosiy dapat secara kualitatif maupun kuantitatif. Oleh karena itu pasien dengan trombosit lebih dari 100.000/mm3 mungkin didapat waktu perdarahan yang memanjang. DIC terjadi pada renjatan yang berkepanjangan dan berat serta menyebabkan perdarahan hebat dan irreversible shok dengan prognosis buruk. Adanya ikatan antigen-antibody (kompleks antibody-virus ) ini dalam sirkulasi darah kan mengakibatkan hal-hal sebagai berikut.

 Agregrasi trombosit melepaskan ADP dan mengalami metamorfosis yang kemudian kehilangan fungsi sehingga dimusnahkan system retikuloendotel dengan akibat trombositopenia hebat dan perdarahan. Disamping itu trombosit yang mengalamimetamorfosis melepaskan faktor trombosit ketiga ynag mengakibatkan system pembekuan.
 Aktivasi faktor Hageman (faktor XII) akan mengakibatkan sistempembekuan dengan akibat terjadinya pembekuan intravaskuler yang sangat luas, dalam proses ini plasminogen menjadi plasmin yang berperan dalam pembentukan anafilaktosin menjadi plasmin yang berperan dalam pembentukan anafilaktoksin dan penghancuran fibrin menjadi fibrin degradation product. Disamping itu aktivasi faktor XII menggiatkan system kinin yang berperan meningkatkanpermeabilitas kapiler. Menurunnya faktor pembekuan yang disebabkan aktivasi system pembekuan dan kerusakan hati akan meenambah beratnya perdarahan.


D. EPIDEMIOLOGI

Infeksi virus dengue yang di kenal sebagai penyakit arbovirus telah tersebar di seluruh penjuru dengan kejadian tertinggi di beberapa daerah tropis seperti asia, afrika, amerika tengah, dan selatan. Di Indonesia, sejak di temukan penderita demam berdarah dengue di Surabaya pada tahun 1968, penyakit ini cenderung meningkat dan mmmpeningkatan jumlah kasus yang dramatis dari 27 kasus pada tahun 1975 menjadi 1680 kasus pada tahun 1996. di beberapa Negara penularan virus dengue di pengaruhi oleh adanya musim, jumlah kasus biasanya meningkat bersamaan dengan peningkatan curah hujan. Di Indonesia pengaruh musim terhadap DBD tidak begitu jelas, akan tatapi secara gari besar dapat di kemukakan bahwa jumlah penderita meningkat antara bulan September sampai februaridan mencapai puncaknya pada bulan januari. Di daerah yang berpenduduk padat puncak penderita adalah bulan juni sampai juli hal ini bertepatan dengan awal musim kemarau.
`Morbiditas dan mortalitas demam berdarah dengue bervariasi dan di pengaruhi oleh berbagai faktor antara lain status imunologi penderita, kepadatan vector nyamuk, transmisi virus dengue, virulensi virus dan kondisi geografi setempat. Secara keseluruhan tidak terdapat perbedaan jenis kelamin penderit, tetapi kematian di temukan lebih banyak pada anak perempuan.
Anak di bawah umur 15 tahun. Di Indonesia, Suroso (1997) mengemukakan bahwa penderita demam berdarah dengue terbanyak umur 5-14 tahun.


E. MANIFESTASI KLINIS

Masa tunas 3-15 hari tetapi rata-rata 5-8 hari. gejala klinis timbul secara mendadak berupa suhu tinggi, nyeri pada otot seluruh tubuh, nyeri di belakang kepala hebat, suara serak, batuk, epistaksis serta disuria. Penyakit biasanya akan sembuh sendiri dalam 5 hari dengan penurunan suhu secara lisis. Demam berdarah dengue di tandai oleh demam mendadak tanpa sebab yang jelas di sertai gejala lain seperti lemah, nafsu makan berkurang, muntah, nyeri pada anggota badan, punggung, sendi, kepala, dan perut.gejala-gejala tersebut menyerupai influenza biasa. Pada hari kedua atau ketiga demam muncul bentuk perdarahan yang beraneka ragam di mulai dari yang paling ringanberupa perdarahan di bawah kulit (petekia/ekimosis), perdarahan yang hebat berupa muntah darah, akibat perdarahan lambung, melena, dan juga hematuria massif.

Klasifikasi Demam Berdarah Dengue
- Derajat 1 : Demam disertai gejala klinis lain atau perdarahan spontan,uji tuniket positif,trombositopenia dan hemokonsentrasi.
- Derajat II : Derajat I disertai perdarahan spontan dibawah kulit dan ataua perdarahan lain
- Derajat III : Kegagalan sirkulasi : nadi cepat dan lemah,hipotensi,kulit dingin,lembab,dan gelisah
- Derajat IV : Renjatan berat,denyut nadi dan tekanan darah tidak dapat diukur.

F. PENATALAKSANAAN

Tatalaksana DBD sebaiknya berdasarkan kepada berat ringan nya penyakit yang ditemukan antara lain:
1. Kasus DBD yang diperkenankan berobat jalan
Penderita diperkenankan berobat jalan jika hanya mengeluh panas, tetapi keinginan makan dan minum masih baik untuk mengatasi panas tinggi yang mendadak diperkenankan memberikan obat paracetamol 10-15mg/kg BB. Setiap 3-4 jam diulang jika symptom panas masih nyata diatas 38,50C. sebagian besar kasus DBD yang berobat jalan ini menunjukan manifestasi panas hari pertama dan hari kedua tanpa menunjukan penyulit lainnya. Apabila penderita DBD ini menunjukan manifestasi penyulit hipertermi dan konvulsi sebaiknya kasus ini dianjurkan untuk rawat inap.

2. Kasus DBD derajat I dan II
Pada hari ke-3,4,5 panas dianjurkan rawat inap karena penderta ini mempunyai resiko terjadinya syok. Pada saat fase panas penderita dianjurkan banyak minum air buah atau oralit yang biasa dipakai untuk mengatasi diare. Apabila hematokrit meningkat lebih dari 20% dari harga normal merupakan indicator adanya kebocoran plasma dan sebaiknya penderita dirawat diruang observasi dipusat rehidrasi selam kurun waktu 12-24 jam. Penderita DBD yang gelisah dengan ujung ektrimitas yang teraba dingin,nyeri perut,dan produksi air kemih yang kurang sebaiknya dianjurkan rawat inap. Penderita dengan tanda-tanda pendaraahan dan hematokrit yang tinggi harus dirawat dirumah sakit untuk memperoleh cairan pengganti segera.

3. Penatalaksanaan DBD derajat 3 dan 4
Dengue syok syndrome (syndrome renjatan dengue) termasuk kasus perawatan yang mebutuhkan penanganan secara cepat dan perlu memperoleh cairan penggati secara cepat. Biasanya dijumpai kelainan asam basa dan elektrolit.dan hal ini dapat dipikirkan kemungkinan dapat terjadi DIC. Terkumpulnya asam dalam darah mendorong terjadinya DIC yang dapat menyebabkan terjadinya perdarahan hebat dan renjatan yang sukar diatasi.
Penggantian secara cepat plasma yang hilang digunakan larutan garam isotonic (ringer laktat,5% dekstrose dalam ringer laktat atau 5 %deksttrose dalam larutan ringer asetat dan larutan normal garam faali ) dengan jumlah 10-20ml/kg/1 jam.

G. PENCEGAHAN

Pencegahan dan pemberantsan penyakit infeksi virus dengue sampai sekaarang masih diprioritaskan pada pemberantasan nyamuk dewasa dan lava aedes aegypti atau aedes albopictus dan hasilnya belum memuaskan. Terdapat kemungkinan bahwa vaksinasi mungkin menyebabkan sensitisasi seeorang resipien sehingga infeksi dengue yang terjadi menyebabkan demam berdarah.
Saat ini dikenal cara pencegahan yang efektif yaitu dengan 3 M
- Menguras
- Membersihkan
- Mengubur


H. DIAGNOSIS BANDING

Pada daerah-daerah endemis dengue,maka demam berdarah yang harus dicurigai pada anak-anak dengan demam dengan memperlihatkan hemokonsentrasi,trombositopenia dan manifestasi-manifestasi perdarahan dengan atau tanpa syok. Karena berbagai penyakit riketsia,meningokoksemia dan penyakit-penyakit berat lainnya yang disebabkan oleh berbagai penyebab yang dapat menimbulkan berbagai gejala klinis yang mirip, maka diagnosis harus dibuat jika bukti epidemiologis dan serologis menunjukan kemungkinan adanya demam dengue.

I. PROGNOSIS

Kematian terjadi pada 40-50 % penderita dengan syok,tetapi dengan pengobatan penunjang yang adekuat,dapat diturunkan hingga kurang dari 2 %. Keberhasilan bertahan berhubungan langsung dengan penatalaksanaan intensif dini.

J. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

- Pemeriksaan darah lengkap: hemokonsentrasi (hematokrit meningkat 20 % atau lebih ),trombositopenia (100.000/mm3 atau kurang)
- Serologi : uji HI (hemaagluttinaation inhibition test )
- Rongent thorax : efusi pleura


DAFTAR PUSTAKA
- Soegijanto, soegeng. ILMU PENYAKIT ANAK DIAGNOSA & PENATALAKSANAAN. 2002. Edisi Pertama. Penerbit Salemba Medika. Jakarta.
- Soegeng, Soegijanto. “DEMAM BERDARAH DENGUE” 2006. Edisi kedua. Airlangga University Press Surabaya.
- Soedarmo, Sumarmo Sunaryo Poorwo, DEMAM BERDARAH (DENGUE) PADA ANAK. 2005.
- Ngastiyah, PERAWATAN ANAK SAKIT. 2005. Edisi 2. Penerbit Buku Kedokteran EGC Jakarta.


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan tuntunanNya, sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini.

Makalah ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memenuhi tugas dari mata kuliah Keperawatan Anak , yang dapat di sajikan untuk mahasiswa keperawatan sebagai pegangan praktek diklinik.

Dalam makalah ini kami kelompok menampilkan salah satu macam penyakit tentang gambaran penyakit yang dapat memudahkan pemahaman tentang gambaran patofisiologi sehingga memberikan kemudahan dalam menentukan gambaran penyakit kususnya “DHF (DENGUE HEMORAGIC FEVER).

Semoga makalah ini dapat membantu mahasiswa keperawatan dalam mengaplikasikan penerapan Asuhan Keperawatan Anak berdasarkan gangguan kesehatan yang terjadi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar